It's just me being myself

Heyho <3 Yep seperti biasa diawal - awal sebelum menulis sesuatu gue selalu galau mau pakai kata ganti orang pertama aku atau gue. Karena ini posisi nulis udah malam dan emang lagi agak sensitif begitu yah, jadi untuk post kali ini akan pake aku.

Blog ini sebetulnya menjadi saksi bisu perubahan karakter, mindset dan banyak sisi yang aku punya. Kalau dilihat dari SMA, I'm a very passionate person. Sangat passionate dan sangat fokus maunya apa. Tapi setelah kisah hidupku yang ternyata Tuhan tulis berbeda dengan apa yang aku mau. Semua berubah. Waw, you guys can't even imagine how I hate myself for hating my college life. Blog ini aku tulis bukan untuk menyenangkan siapapun. Blog ini aku tulis buat jadi media untuk aku menghabiskan waktu aku diam dan mencurahkan samua yang ada di pikiran ku. Tulisan - tulisan tentang jurusan yang aku buat memang murni apa yang aku rasakan pada saat itu. Aku juga bukan orang yang mau menutup - nutupi kebobrokan ku selama kuliah.

Kebobrokan pas kuliah gak dimulai di awal kok :) Di awal passion itu masih sangat ada. Tapi perlahan - lahan hilang. Terutama pas mau masuk semester 2, semua angan - angan tentang "masa perkuliahan" yang ideal mulai runtuh. Jujur aku cukup idealis. Ini sisi negatif yang aku punya karena kadang terlalu idealis. Banyak hal - hal pas mulai masuk masa semester 2 mulai mengecewakan. Mengecewakan dari sisi apa? Cukup banyak sebetulnya.

Jujur di pikiran aku, UI itu perfect :) Tapi ya sekali lagi, UI hanya kampus negeri biasa dengan orang - orang di dalamnya yang gak bisa kamu atur sesuai dengan standar kamu. Gak perfect sama kayak kampus - kampus lain hingga singkatnya, ya. Ekspektasi ku terhadap uni life hancur. Ekspektasi sudah hancur eh bayang - bayang salah jurusan malah makin lama makin kuat saat itu.  Mulai merasa buat apa belajar ini toh nanti tetap lulus. Buat apa belajar ini, toh kamu masih belum ada bayangan ini dipakai buat apa. Pikiran ini berlanjut dan makin kuat hingga kapan? Hingga semester akhir kakak :) Bodoh? Iya. Apa aku tau aku sebetulnya menghancurkan masa kuliah ku pada saat berpikiran seperti itu? Ironisnya, iya, aku tau.

Terus kenapa bisa oke - oke aja hidup dalam keadaan saat itu? Mau tau jawaban sinetronnya? Yes, karena dulu punya pacar. I'm a super simple person dan aku pacaran bukan untuk jadi semacam kutu loncat yang pindah satu pindah ke yang lain. Pada saat itu aku merasa aku comfortable dan aku punya mimpi sederhana ya as simple as hidup untuk jadi bagian dari keluarga sederhana yang bahagia. Definisi kasarnya, silahkan dipikirkan sendiri. I invested most of my time, energy and emotion on him for years. Gak ikut kegiatan karena I thought quality time with him was my top priority since he was my only family. Gak apply kegiatan volunteer apa - apa (this was my one and only dream tho), karena takut weekend gak bisa ketemu. Then long story short, we had about 1 year period of conflict (maybe it was just me tho), then we broke up and I was shattered into pieces.

1 tahun masa konflik apa yang terjadi sama aku? I'm losing myself. Gak tau aku siapa, mimpi ku apa, tujuan ku apa. Mungkin kalau mama atau papa baca postingan ini, mereka pasti kecewa dan jujur aku siap menampung kekecewaan mereka cuz I deserve it. Pada masa - masa itu, aku makin menjadi orang yang pesimis, gak punya gairah untuk mengerjakan apapun (ini paling parah), merasa orang lain gak penting, masa depan gak penting, dan masa - masa membenarkan diri atas hal - hal tidak bertanggung jawab yang aku lakuin.

Hal - hal tidak bertanggung jawab itu apa? Ngomong sama pembimbing A, tapi gak dilakuin. Semua yang aku janjiin ke pembimbing nihil hasilnya aku lakukan and recently i just found out that he really hates people who make excuses without doing any action. Semua orang emang benci orang yang banyak alasan tapi Beliau sepertinya secara khusus sangat membenci ini. And yes! I was (maybe am) that kind of person. Malu? Jelas. Sampai sekarang, kalau ketemu Beliau aku masih sangat segan. Sebegitu segannya sampai setiap kali mau ketemu dag dig dugnya minta ampun karena pengen meninggalkan kesan yang baik ke Beliau. Jujur selama 1 tahun gelap itu, since I had lost myself, I thought it was just normal to lose everything. Jadi aku bahkan sudah sangat siap kalau akhirnya Beliau melarang aku untuk sidang seminar atau memaki - maki aku. I was fully prepared. Tapi yang Beliau lakukan adalah membantu aku. Apakah aku sudah tobat di situ? No. Healing process was not that easy for me. I was trying hard to rise up from my darkness but another wave of darkness came. Singkatnya aku mencoba bangkit dengan mendaftar jadi asdos. Dosennya siapa? Beliau. Pembimbing skripsi ku. Apa yang aku lakukan? Awal - awal aku semangat. Lalu masalah kembali datang. Singkatnya aku bahkan tidak mengerjakan kewajiban ku sebagai Asdos sama sekali. Sebetulnya aku mengerjakan semuanya tapi pada saat terakhir i just ruined everything. Beliau harus mengerjakan apa yang aku harusnya kerjakan. Lagi - lagi. Di situ aku sungguh, amat, sungguh, membenci diri sendiri. Marah sama diri sendiri tapi di satu sisi I just could not help it. Mungkin aku saat itu betul - betul overwhelmed dengan semua hal yang terjadi? Driving force aku bisa ada di masa - masa kelam itu apa? Pacar? Yes. Konflik dengan pacar berpengaruh besar. Setelah putus aku sadar, I need to stand on my own feet first. Bukan cuman kata - kata penyemangat buat jadi wanita mandiri, tapi betul - betul harus bisa menyokong diri sendiri dari segala aspek.

Mungkin kalian akan berkata dalam hati, "Makanya, kuliah itu fokus, jangan pacaran." Silahkan bilang seperti ini karena aku sendiri pun berkata seperti itu pada diriku sendiri. Menyesal? Ada penyesalan tapi tidak dalam. I believe my life is in God's hand so, apapun yang terjadi sama aku udah dirangkai oleh Bapa. Apa yang aku lihat sebagai halangan atau tantangan saat ini itu hanya bagian kecil dari cerita ku yang aku gak tau endingnya dimana dibuat sama Tuhan. Aku masih belajar merefleksikan semua yang terjadi dan semua kebusukan yang aku lakukan selama ini. Aku tidak berusaha membenarkan diri sendiri dan tidak berusaha untuk membenarkan tingkah ku saat itu. Aku berusaha menerima bahwa aku salah dan perlahan - lahan menyiapkan diri untuk segala konsekuensi yang harus aku terima.

Konsekuensinya emang udah kerasa? Sudah. Penelitian yang amburadul (sekali lagi, sesungguhnya aku idealis, kalau sudah gak sesuai dengan ekspektasi itu namanya amburadul), rasa bersalah yang sungguh dalam untuk pembimbing ( I respect him with all I my heart, seriously), orang tua, dan diri sendiri. Sampai saat ini aku masih dalam proses bangkit. Jatuh? Sudab biasa. Bangkit? Masih terasa sulit. But I just want to enjoy the whole process. Mencoba kembali mengais mimpi yang mungkin sudah terkubur entah dimana. Mencoba mendapatkan kembali kepercayaan Beliau yang aku tidak akan kaget kalau memang sudah tidak ada lagi harapan untuk aku dipercayai. Terakhir, mencoba menjadi pribadi yang terbaik untuk diriku sendiri karena aku yang menjalani hidupku. Myself deserves happiness.

Sekian cerita aku. Ini sisi lain aku yang mungkin cuman bisa ku buka di blog untuk orang asing <: I'm gonna write more to unleash my energy and to express myself more <3 Love you guys

Komentar

  1. Tetep semangatt kaaa. I just found you and I already like you tho ㅜㅜ. Perjalanan masih jauh, serahin aja sama Dia :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer