Nurturing Faith During Pandemic
Hello hello. Topik ini adalah topik yang pengen banget gue tulis gara-gara 1 hari sebelum menulis ini, gue ikut sebuah acara gitu yang ngebahas tentang Worship from Home. Kayaknya topik ini diangkat karena semua aktivitas ibadah yang jadi online karena coronices. Jujur dari gue topik ini ya biasa aja karena I thought we just needed to adapt with current situation. Tapi tanpa gue sadar banyak sikap, pemikiran, perasaan dan tingkah laku gue yang tertegur lewat acara ini. Jadi seperti acara-acara Kristen pada umumnya (kita nyebutnya persekutuan), biasanya ada ceramah ato khotbah gitu yang pembicaranya bisa pendeta ato orang yang punya knowledge dalam tentang topiknya.
So, topiknya itu ngebahas tentang Worship from Home. Seperti yang kita tau, dinamika kehidupan secara keseluruhan berubah sejak pandemi ini. Kegiatan-kegiatan yang awalnya bisa dilakukan secara komunal, kayak ibadah di Gereja, akhirnya dilakukan secara online. Nah terus respon orang-orang gimana? Variatif. Ada yang terima-terima aja dan berusaha adaptasi (gak ngerasain problem apa-apa), ada yang tetep ngelakuin ibadah online tapi masih sangat mengharapkan ibadah offline, dan ada juga yang menganggap ibadah online bukan style dia sama sekali dan bahkan ngerasa ibadah itu kurang mantep (extreme nya, nganggap itu gak sah).
Before that, I'd like to ask you this question. Which team are you? :D
Gue sendiri tim orang yang ngelakuin ibadah online tapi tetap rindu ibadah offline. Jujur sangat bersyukur dengan dinamika online kayak sekarang karena gue bisa menemukan Gereja-gereja lain di luar daerah tempat gue tinggal. Bisa juga ketemu Gereja yang ngadain sesi-sesi yang membantu gue untuk bertumbuh. Tapi gue tetep rindu ibadah offline karena ibadah offline bisa buat gue lebih lepas. Music and singing for me is quite important. Gereja offline bisa bikin gue nyanyi dengan lepas tanpa denger suara gue sendiri wkwkkw
Oke sekarang gue bakalan nulis bahasan tentang topik ini. Yang khotbah kemarin adalah Amang Mangapul Sagala. Pengkhotbah yang jujur gue hormati cuman dengan denger namanya aja karena Beliau yang merintis persekutuan di fakultas gue. I just want to share what I got from that session.
So, pertama yang gue tangkap adalah tempat itu bukan hal yang sangat terutama dan sangat esensial. Ketemu Tuhan gak menuntut kita harus ke tempat tertentu (yang mungkin di pikiran kita tempatnya harus megah, rapi, besar). Bahkan Musa aja ketemu Tuhan lewat semak yang menyala loh. So, from the very start, I believe place is never essential. Di perjanjian baru diperjelas banget sama Yesus. Kita bisa lihat dari perikop Yesus becakap-cakap dengan perempuan Samaria. Kita mungkin bisa baca di Yohanes 4 untuk kisah lengkapnya. Di ayat 21 Yesus ngomong ke perempuan Samaria "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem". Di ayat 23, "tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang". Yang berarti, kedatangan Yesus mengubah konsep beribadah orang-orang zaman dulu yang menganggap tempat itu sangat ensensial menjadi gak ensensial karena Yesus sendirilah bait Allah yang sejati. Kita bisa membangun koneksi kita dengan Tuhan dimanapun asal melalui Dia.
Terus ada poin penting lagi, yaitu "Menyembah-Nya dalam Roh dan kebenaran". Yang gue liat di sini, buat beribadah dan encounter with God gak semata-mata lo harus ada di Gereja secara fisik (because we're basically Church) tapi yang penting adalah pikiran dan roh yang lo bawa. Resepnya sederhana ya? Tuhan cuman minta kita beribadah dalam Roh dan kebenaran. Tapi di sini menarik nih. Roh mana yang kita bawa saat ibadah? Roh Kudus atau roh kedagingan? Jengjeng. Gue jadi flashback saat-saat gue mendapati diri gue ga fokus, ga serius dan gak bawa apa-apa setelah ibadah entah itu pas gue ibadah online atau offline. Selanjutnya beribadah dalam kebenaran atau kesalahan? Apakah kita menenggelamkan diri kita dalam kebenaran Firman Allah selama beribadah? Gue jadi refleksi sih motivasi gue bergereja dan hal-hal yang gue lakuin di Gereja. Gak jarang gue di Gereja malah ngekritik ibadahnya dari A-Z selama beribadah udah kek juri ibadah. Ato gak menutup kemungkinan kita gak membawa kebenaran Firman apapun dan tidak menutup kemungkinan apa yang kita bawa dari ibadah malah gak sesuai dengan Scripture.
Di ayat 22, gue juga nangkep kalau yang penting adalah mengenal kepada
siapa kamu beribadah. So, ga menutup kemungkinan ada orang (dan mungkin
gue sendiri) rajin ke Gereja tapi tidak mengenal siapa yang disembah. Menjadi fanatik dan datang beribadah ke Gereja tiap minggu (dan mungkin lebih) namun tanpa Roh dan kebenaran tidak menjamin seseorang betul-betul bersahabat dengan Tuhan. Tidak menjamin seseorang bisa encounter with God.
So setelah itu yang gue sadar. Problem dari iman gue dan jiwa gue yang kadang kering sebenernya bukan di Gereja di gedung ato di rumah lewat Youtube. Tapi apakah gue beribadah hari ini dalam Roh dan kebenaran? Apakah gue dengan haus meminta Roh Kudus untuk membantu gue fokus beribadah hari ini? Apakah gue mau memberi diri untuk diajar dan dibentuk oleh kebenaran Firman Tuhan hari ini?
Gereja online gak bisa menjadi alasan untuk kita membiarkan iman kita kering. Itu yang menegur gue selama sesi kemarin. Walaupun online, our God can make the best out of it as long as we worship Him in Spirit and truth (wkwkkw maap diulang-ulang). Konteks beribadah orang Kristen yang gue pelajari juga tidak hanya di Gereja. We can worship God anytime, anywhere. Hidup bersahabat dengan Allah dalam setiap aspek kehidupan dan membangun awareness bahwa Allah selalu bersama dengan kita di setiap detik kehidupan kita. Yes, membangun awareness. Karena jujur gue sendiri suka gak fully aware bahwa Tuhan sedang bersama dengan gue. One more! Our relationship with God is way more than a mere feeling :) Don't rely on your feeling. Rely on God only and be faithful! Bertekun sampai ketekunan berbuah menjadi kesetiaan. Apa kebalik? wkwkkw Ya gitu lah yang gue pelajari dan gue percaya.
I think that's all that I could share :) Gue bener-bener berasa 'hidup' pas nulis ini. Entah kenapa. I just like it. Hope I could share more writings like this in the future. Bye!
Komentar
Posting Komentar